Mahasiswa Universitas Diponegoro bantu atasi permasalahan sampah organik dapur di Kelurahan Kedungwuni Timur, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan melalui pengenalan gerakan zero food waste serta peningkatan kapasitas warga terkait penanganan dan pemanfaatan sampah organik dapur.
Sampah yang perlu dikelola tidak hanya sampah anorganik saja. Sampah organik juga perlu diperhatikan oleh masyarakat. Hampir setiap harinya, setiap rumah selalu menghasilkan sampah organik. Sampah ini berasal dari sisa konsumsi masyarakat berupa sayur, buah, daging maupun ikan. Sampah organik yang dibiarkan dapat menjadi sumber panyakit. Masih banyak warga yang belum mengelola sampah organiknya.
“Masih banyak warga yang membiarkan sampah organiknya. Tidak jarang juga sampah organik dapur dari warga tercampur dengan sampah anorganik sehingga tidak dapat dikelola lebih lanjut di TPS ini” tutur Ghufron, salah satu pengelola TPS 3R Bumi Elok Kedungwuni Timur.
Sudah seharusnya sampah organik dikelola secara terpisah dengan sampah anorganik. Hal ini karena pemanfaatan serta penangannya berbeda. Saat ini, untuk mendegradasi sampah organik dapur dapat memanfaatkan larva lalat BSF atau lebih dikenal dengan maggot. Selain itu sampah organik dapur juga dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk organik.
“Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan gerakan zero food waste sehingga sampah organik dapur yang dihasilkan dapat berkurang. Selain itu, harapannya warga dapat mengolah sampah organik dapurnya sendiri seminimalnya dengan memisahkan sampah organik dapur dengan sampah anorganik ketika membuang sampah” Bintang, mahasiswa KKN Tim II Undip.
Kegiatan ini berlangsung di aula Kelurahan Kedungwuni Timur saat kegiatan PKK rutin, Kamis, 22 Juli 2024.
Bintang Fajar/23020121130078
Editor : Media TP UNDIP 2021

