Semarang-tp.fpp.undip.ac.id – Rare Sugar Congress 2025 yang berlangsung di Kagawa pada 16–19 November menyajikan salah satu sesi paling komprehensif pada Special Lecture tanggal 17 November 2025. Sesi tersebut dibawakan oleh Carla Saunders dari Calorie Control Council (CCC), USA) dengan tema “The Evolving Sweetener Landscape.” Materi ini menghadirkan rangkuman terkini mengenai tren global pemanis rendah/nihil kalori (LNCS), sugar alcohols/polyols (SAPs), rare sugars, dinamika regulasi internasional, hingga sentimen publik dan pembaruan ilmiah.

Konsumen Global Beralih ke Produk Rendah Gula

Saunders membuka presentasi dengan data yang menunjukkan bahwa menurunkan konsumsi gula kini menjadi misi diet utama konsumen dunia. Strategi yang paling banyak dilakukan adalah: Menghilangkan sumber gula langsung, Mengendalikan jumlah konsumsi harian, Meningkatkan konsumsi serat dan whole foods.

Survei internasional menunjukkan 40% konsumen membatasi gula tambahan, sementara 30% mengikuti pola makan rendah gula. Konsumen juga semakin memperhatikan produk natural, added-function, dan free-from additives. Permintaan ini membuat industri pangan global berlomba menghadirkan produk rendah gula dengan cita rasa tetap optimal.

Ekspektasi Rasa Tetap Menjadi Penentu Pembelian

Kategori makanan dan minuman seperti: minuman berkarbonasi, permen karet, energy drinks, tea-based beverages, sports bars, merupakan kategori yang paling banyak menggunakan LNCS dan SAPs. Namun Saunders menegaskan bahwa konsumen menuntut rasa yang tetap memuaskan, terutama pada produk indulgence seperti dessert, coklat, kue, dan cookies—lebih dari 60% pembeli memilih berdasarkan rasa.

Peluncuran Produk Berbasis LNCS dan Rare Sugar Meningkat Drastis

Data Innova Database (2020–2025) menunjukkan pertumbuhan stabil peluncuran produk dengan erythritol, xylitol, allulose, dan tagatose: Total peluncuran meningkat dari 3.837 produk (2020) menjadi 5.275 (2025 YTD). Erythritol mencatat pertumbuhan tercepat (CAGR 14.8%). Disusul xylitol (8.9%) dan allulose (6.4%).

Hal ini menunjukkan adanya respons signifikan industri terhadap permintaan produk rendah gula. CCC Diakui sebagai Sumber Tepercaya dalam Media Internasional

Carla Saunders menampilkan daftar liputan global dari CNN, Bloomberg, New York Post, hingga Consumer Reports yang menjadikan CCC sebagai acuan tepercaya dalam isu: rekomendasi WHO tentang pemanis, soda tax, keamanan LNCS, efek metabolik pemanis alternatif. CCC secara aktif menangani isu dan menyampaikan informasi berbasis sains untuk meluruskan misinformasi publik.

Sentimen Publik Global Cenderung Netral–Positif

Melalui sistem pemantauan digital CCC Online Sentiment Tracking Program, ditemukan bahwa: 54% sentimen publik bersifat netral, 20% positif, mayoritas konsumen adalah non-rejectors LNCS dan UPF. Survei sentimen juga menunjukkan tingkat penerimaan tertinggi pada: Allulose: 89% non-rejectors Monk fruit: 84% Stevia: 77%. Bahkan pemanis dengan skor terendah seperti Ace-K tetap memiliki 48% non-rejectors.

Allulose: Dominan dalam Percakapan Digital Positif

Analisis kata kunci global memperlihatkan bahwa pembahasan allulose banyak muncul dalam konteks: resep masakan, baking, diet keto, protein foods, healthy cooking. Kata kunci terbanyak meliputi allulose, sugar, stevia, ingredients, dan sweetener, menggambarkan sentimen positif terhadap penggunaannya dalam menurunkan gula tanpa mengurangi kualitas rasa.

Peran CCC dalam Standarisasi Internasional Melalui Codex (CCFA55)

Saunders menambahkan bahwa CCC adalah salah satu organisasi perdagangan yang memiliki status observer Codex, memungkinkan mereka terlibat langsung dalam pembahasan standar internasional.

Pada CCFA55 di Seoul, CCC turut mendorong: pembaruan batas penggunaan Acesulfame-K, rekomendasi daftar prioritas evaluasi JECFA, penyusunan standardisasi global bagi LNCS.

Beberapa pemanis masuk daftar evaluasi JECFA, termasuk acesulfame-K, saccharin, sucralose, dan thaumatin. Regulasi Negara Bagian AS Menargetkan Ratusan Bahan, Termasuk Bahan Terkait Gula

Saunders menampilkan daftar RUU negara bagian AS yang menargetkan berbagai bahan pangan yang dianggap kontroversial. Yang disorot khusus terkait gula antara lain:

HFCS fructose glucose syrup maltodextrin xylitol sorbitol erythritol sucralose aspartame neotame isomalt maltitol. RUU ini menunjukkan meningkatnya pengawasan legislatif terhadap bahan terkait gula dan pemanis.

Pembaruan Ilmiah dan Teknis: Evidence Terbaru dari CCC

CCC merilis Scientific & Technical Updates berisi: review ilmiah tentang efektivitas LNCS untuk manajemen berat badan, publikasi Medscape untuk tenaga kesehatan, update ilmiah bulanan mengenai mikrobioma, uji klinis baru terkait interaksi pemanis dan metabolisme, systematic reviews tentang efek substitusi gula dengan LNCS.

Kesimpulan besar dari evidence tersebut: LNCS aman digunakan dalam kadar konsumsi normal, dapat membantu pengurangan kalori, menunjukkan tidak ada bukti kuat efek merugikan pada mikrobioma.

Bagaimana Tenaga Kesehatan Mendapat Informasi Ilmiah tentang LNCS

Survei Medscape menunjukkan bahwa HCPs mengandalkan tiga sumber utama: Continuing Education Courses/Webinars (87%) Peer-reviewed Journals (81%) Professional Association Meetings/Conferences (72%). Dietitian/nutritionist memiliki tingkat penerimaan pengetahuan paling tinggi (95%).

Seberapa Banyak Pasien Bertanya tentang Pemanis?

Data menunjukkan bahwa pasien jarang bertanya, namun tren meningkat: 16% menanyakan LNCS 8% menanyakan SAPs 13% menanyakan novel sweeteners (termasuk rare sugars)

Diabetes educators menerima pertanyaan terbanyak. Kekhawatiran HCPs terhadap SAPs (Xylitol, Sorbitol, Erythritol). Jika muncul kekhawatiran, isu terbanyak terkait: Xylitol (tertinggi), Sorbitol, Erythritol.

Khawatiran utama: GI distress dan toleransi individu.

Kekhawatiran terhadap LNCS Secara Umum

Kekhawatiran terbesar HCPs: potensi GI distress (~ 2/3), overexposure yang meningkatkan sugar cravings (~ 1/2), efek pada mikrobiome (~ 1/2), risiko kanker (~ 4/10 HCPs). Pasien lebih khawatir terhadap kanker dibandingkan mikrobiome.

Rare Sugar: Pilar Penting Masa Depan Pangan Rendah Gula

Melalui seluruh data yang ditampilkan—tren konsumen, peluncuran produk, regulasi Codex, sentimen digital, bukti ilmiah, perspektif HCPs, hingga dinamika pasien—Saunders menegaskan bahwa rare sugars seperti allulose dan tagatose memiliki potensi besar dalam: inovasi pangan rendah gula, strategi pengurangan gula nasional, memenuhi preferensi rasa konsumen, mendukung industri yang berorientasi kesehatan.

Sesi ini menjadi salah satu pusat perhatian dalam The 9th International Symposium of ISRS, memperkuat posisi rare sugar sebagai elemen kunci dalam lanskap pemanis global yang terus berkembang.