Semarang-tp.fpp.undip.ac.id – Direktur Kuliner Kementerian Ekonomi Kreatif Andy Ruswar menyampaikan pentingnya peran subsektor kuliner dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif nasional. Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan penandatanganan kerja sama antara Roemah Koffie, Yayasan JHL Merah Putih Kasih, dan Universitas Diponegoro (Undip), yang turut dihadiri oleh Ahmad Ni’matullah Al-Baarri dan Yayasan JHL Merah Putih Asing, serta Felix TJ, CEO Roemah Koffie.
Dalam sambutannya, Andy Ruswar menegaskan bahwa ekonomi kreatif merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan. “Dari 17 subsektor ekonomi kreatif, tiga penyumbang terbesar PDB nasional adalah kuliner, fashion, dan kriya, dengan kuliner kini menempati posisi teratas, menyumbang sekitar 50% dari total PDB ekonomi kreatif Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, potensi kuliner Indonesia—terutama kopi—memiliki prospek luar biasa di masa depan. Indonesia, sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia dengan lebih dari 1,5 juta hektare lahan perkebunan dan berbagai varietas unggulan seperti Arabika, Robusta, dan Liberika, memiliki peluang besar untuk menjadi kekuatan global di sektor tersebut.
Ia juga menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif program 1000 Sarjana Pertanian yang digagas Yayasan JHL Merah Putih Asing bersama Roemah Koffie. Program ini dianggap selaras dengan semangat Kemenparekraf untuk mengembangkan inovasi berbasis kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan media.
“Kompetisi seperti ini bukan hanya ajang unjuk kemampuan, tetapi juga bentuk ekspresi seni yang memadukan ketelitian, imajinasi, dan kreativitas. Seperti halnya seni rupa, seni latte art juga mengandalkan komposisi garis, bentuk, dan tekstur untuk menciptakan visual yang memikat,” jelasnya.
Andy berharap dukungan terhadap kopi Indonesia dapat terus diperkuat melalui promosi cita rasa lokal, pemberdayaan petani kopi, serta pengembangan kreasi produk turunan yang inovatif. Ia juga menekankan pentingnya membangun brand kopi Indonesia yang dikenal secara global.
“Saya ingin suatu hari nanti, ketika orang di Amerika atau Eropa memesan kopi, mereka tidak mengatakan coffee, tapi kopi. Kita ingin ada brand Indonesia yang mendunia,” tutupnya.

