Semarang-tp.fpp.undip.ac.id – International Symposium on Rare Sugar (ISRS) yang berlangsung pada 15–19 November 2025 di Takamatsu, Jepang, tidak hanya menghadirkan sesi ilmiah, tetapi juga pengalaman budaya melalui kegiatan tur industri. Salah satu kunjungan yang dilaksanakan pada 16 November adalah ke pusat kerajinan tradisional Sanada-himo yang berlokasi di wilayah Kojima, Kurashiki, Prefektur Okayama.

Sanada-himo merupakan tali tenun tradisional Jepang yang terkenal karena kekuatannya dan biasa digunakan sebagai pengikat peralatan tradisional seperti kotak pedang (katana), aksesori kimono, hingga produk-produk dekoratif modern. Kerajinan ini diproduksi melalui proses yang presisi, dimulai dari pemilihan benang berkualitas tinggi, pewarnaan, hingga penenunan menggunakan teknik yang telah diwariskan secara turun temurun. Motif dan warna yang dihasilkan mencerminkan keindahan estetika Jepang sekaligus menjaga nilai-nilai tradisi yang melekat pada budaya masyarakat setempat.

Dalam kegiatan ini, peserta ISRS berkesempatan melihat langsung proses pembuatan Sanada-himo, mengenal sejarah perkembangannya, hingga mencoba mengamati produk-produk yang telah dikembangkan untuk pasar modern. Keterlibatan industri lokal dalam penguatan identitas budaya Jepang menjadi salah satu daya tarik yang memberikan wawasan tambahan bagi para peserta dari berbagai negara.

Kunjungan ini semakin memperkaya rangkaian ISRS 2025 yang tidak hanya berfokus pada pengembangan dan riset gula langka, namun juga menawarkan sudut pandang baru mengenai bagaimana tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan. Dr. Al-Baarri dari Universitas Diponegoro turut mengikuti kegiatan ini dan menyampaikan bahwa pengalaman tersebut memberikan pemahaman lebih luas mengenai nilai budaya yang mendasari kemajuan industri di Jepang.

Melalui eksposur budaya seperti ini, diharapkan kolaborasi internasional tidak hanya terbangun dalam lingkup akademik dan riset, tetapi juga turut memperkuat pemahaman lintas budaya antarnegara peserta.